BAB I
PENDAHULUAN
I. 1. Latar Belakang Masalah
Akhir masa kanak-kanak (late childhood) berlangsung
dari usia 6 tahun sampai tiba saatnya individu menjadi matang secara seksual.
Pada awal dan akhir, masa akhir kanak-kanak di tandai dengan masuknya anak ke
kelas satu atau. Bagi sebagian besar anak, hal ini merupakan perubahan besar
dalam pola kehidupan anak, juga bagi anak yang telah pernah mengalami situasi
prasekolah selama satu tahun. Sementara, menyesuaikan diri dengan tuntutan dan
harapan baru dari kelas satu, kebanyakan anak berada dalam keadaan tidak
seimbang. Anak mengalami gangguan emosional sehingga sulit untuk hidup bersama
dan bekerjasama. Masuk kelas satu, merupakan peristiwa penting bagi kehidupan
setiap anak sehingga dapat mengakibatkan perubahan dalam sikap, nilai, dan
perilaku.
Selama setahun atau dua tahun terakhir dari masa kanak-kanak
terjadi perubahan fisik yang menonjol dan hal ini juga dapat mengakibatkan
perubahan dalam sikap, nilai, dan perilaku dengan berakhirnya periode ini, dan
anak mempersiapkan diri, secara fisik dan psikologis untuk memasuki masa
remaja. Perubahan fisik yang terjadi menjelang berakhirnya masa kanak-kanak
menimbulkan keadaan ketidakseimbangan dimana pola kehidupan yang sudah terbiasa
menjadi terganggu dan anak selama beberapa saat merasa terganggu sampai
tercapainya penyesuaian diri terhadap perubahan ini. Perubahan fisik yang
menonjol tadi juga dapat mengakibatkan perubahan dalam sikap.
I. 2. Rumusan Masalah
Melihat dari penjabaran di atas, maka dapat kita lihat bahwa
ternyata pada akhir masa kanak-kanak terjadi banyak perubahan yang kemudian
berdampak pada perubahan sikap. Oleh karena itu dapat ditarik beberapa akar
permasalahan dari uraian latar belakang di atas, yaitu :
- Berapakah
rentang atau batasan usia akhir masa kanak-kanak? Mengapa kemudian terjadi
perbedaan pada tahapan akhir si anak pada proses penyesuaian dirinya?
- Apa
saja perubahan yang terjadi pada akhir masa kanak-kanak dilihat dari perubahan
secara fisik maupun psikis?
I. 3. Tujuan Penulisan
Makalah ini dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah
‘Psikologi Perkembangan’, dan untuk menambah wawasan kita mengenai masa akhir
kanak-kanak yang membawa banyak perubahan terhadap sikap anak. Hal ini penting
untuk kita ketahui karena nantinya kitalah yang akan berhubungan langsung
dengan pembahasan dalam makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Fase Perkembangan Masa Kanak-Kanak Akhir.
Akhir masa kanak-kanak
yang berlangsung dari enam tahun sampai dengan anak mengalami kematangan
seksual yaitu sekitar tiga belas tahun bagi anak perempuan dan empat belas
tahun agi anak laki-laki, oleh orang tua disebut sebagai ‘usia yang
menyulitkan’, ‘tidak rapi’, atau ‘usia bertengkar, oleh para pendidik disebut
sebagai ‘usia berkelompok’, ‘usia penyesuaian’, atau ‘usia kreatif’.
Pertumbuhan fisik yang lambat pada ahir masa kanak-kanak dipengaruhi oleh kesehatan,
gizi, imunisasi, sex, dan intelegensi.
Keterampilan pada akhir masa kanak-kanak secara kasar dapat
digolongkan kedalam empat kelompok besar yaitu keterampilan menolong diri,
keterampilan menolong sosial, keterampilan sekolah, dan keterampilan bermain.
Sampai dengan tingkat tertentu semua keterampilan ini depebngaruhi oleh
perkembangan pilihan penggunaan tangan.
Semua bidang dalam berbicara, ucapan, kosakata, dan struktur
kalimat berkembang pesat seperti halnya pengertian, namun isi pembicaraan
cenderung merosot.
Anak yang lebih besar mengendalikan ungkapan-ungkapan emosi
secra terbuka dan menggunakan katarsis emosi untuk meredakan diri dari
emosi-emosi yang terkekang sebagai akibat dari tekanan sosial untuk
mengendalikan emosinya.
B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Anak Akhir
Faktor yang dapat mempengarui pertumbuhan dan perkembangan
anak adalah sebagai berikut:
- Faktor heredokonstitusionil
- Faktor lingkungan (pranatal dan
pascanatal)
a.
Faktor
heredokonstusionil
adalah Gen yang terdapat di dalam nukleus dari telur yang dibuahi
pada masa embrio mempunyai sifat tersendiri pada tiap individu. Manifestasi
hasil perbedaan antara gen ini dikenal sebagai hereditas. DNA yang membentuk
gen mempunyai peranan penting dalam transmisi sifat-sifat herediter. Timbulnya
kelainan familial, kelainan khusus tertentu, tipe tertentu dan dwarfism adalah
akibat transmisi gen yang abnormal. Haruslah diingat bahwa beberapa anak
bertubuh kecil karena konstitusi genetiknya dan bukan karena gangguan endokrin
atau gizi.
Pada saat sekarang para ahli psikologi anak berpendapat
bahwa hereditas lebih banyak mempengaruhi inteligensi dibandingkan dengan
lingkungan. Sifat-sifat emosionil seperti perasaan takut, kemauan dan
temperamen lebih banyak dipengaruhi oleh lingkungan dibandingkan dengan
hereditas.
1. Jenis kelamin, Pada umur tertentu pria dan
wanita sangat berbeda dalam ukuran besar, kecepatan tumbuh, proporsi jasmani
dan lain-lainnya sehingga memerlukan ukuran-ukuran normal tersendiri. Wanita
menjadi dewasa lebih dini, yaitu mulai adolesensi pada umur 10 tahun,
pria mulai pada umur 12 tahun.
2. Ras atau bangsa, Oleh beberapa ahli
antropologi disebutkan bahwa ras kuning mempunyai tendensi lebih pendek
dibandingkan dengan ras kulit putih. Perbedaan antar bangsa tampak juga bila
kita bandingkan orang Skandinavia yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang
Italia.
3. Keluarga, Tidak jarang dijumpai dalam suatu
keluarga terdapat anggota keluarga yang pendek anggota keluarga lainnya
tinggi.
4. Umur, Kecepatan
tumbuh yang paling besar ditemukan pada masa fetus, masa bayi dan masa
adolesensi.
b. Faktor
lingkungan
a). Gizi (defisiensi vitamin, jodium
dan lain-lain). Dengan menghilangkan vitamin tertentu dari dalam makanan
binatang yang sedang hamil, Warkany menemukan kelainan pada anak binatang tersebut.
Jenis kelainan tersebut dapat diduga sebelumnya dengan menghilangkan vitamin
tertentu. Telah dibuktikan pula bahwa kurang makanan selama kehamilan dapat
meningkatkan angka kelahiran mati dan kematian neonatal. Diketahui pula bahwa
pada ibu dengan keadaan gizi jelek tidak dapat terjadi konsepsi. Hal ini
disinggung pula oleh Warkany dengan mengatakan ‘The most serious congenital
malformation is never to be conceived at all”.
b). Mekanis (pita amniotik, ektopia,
posisi fetus yang abnormal, trauma, oligohidroamnion).Faktor mekanis seperti
posisi fetus yang abnormal dan oligohidroamnion dapat menyebabkan kelainan
kongenital seperti clubfoot, mikrognatia dan kaki bengkok. Kelainan ini tidak
terlalu berat karena mungkin terjadi pada masa kehidupan intrauterin akhir.
Implantasi ovum yang salah, yang juga dianggap faktor mekanis dapat mengganggu
gizi embrio dan berakibat gangguan pertumbuhan.
c). Toksin kimia (propiltiourasil,
aminopterin, obat kontrasepsi dan lain-lain).Telah lama diketahui bahwa
obat-obatan tersebut dapat menimbulkan kelainan seperti misalnya palatoskizis,
hidrosefalus, distosis kranial.
d). Endokrin (diabetes mellitus pada
ibu, hormon yang dimakan, umur tua dan lain-lain).Bayi yang lahir dari ibu yang
menderita diabetes mellitus sering menunjukkan kelainan berupa makrosomia,
kardiomegali dan hiperplasia adrenal. Hiperplasi pulau Langherhans akan
mengakibatkan hipoglikemia. Umur rata-rata ibu yang melahirkan anak mongoloid
dan kelainan lain umumnya lebih tinggi dibandingkan umur ibu yang melahirkan
anak normal. Ini mungkin disebabkan oleh kelainan beberapa endokrin dalam tubuh
ibu yang meningkat pada umur lanjut, walaupun faktor lain yang bukan endokrin
juga ikut berperan.
e). Radiasi (sinar Rontgen, radium
dan lain-lain).Pemakaian radium dan sinar Rontgen yang tidak mengikuti aturan
dapat mengakibatkan kelainan pada fetus. Contoh kelainan yang pernah dilaporkan
ialah mikrosefali. Spina bifida, retardasi mental dan deformitas anggota gerak.
Kelainan yang ditemukan akibat radiasi bom atom di Hiroshima pada fetus ialah
mikrosefali, retardsai mental, kelainan kongenital mata dan jantung
f). Infeksi (trimester I: rubella
dan mungkin penyakit lain, trimester II dan berikutnya: toksoplasmosis,
histoplasmosis, sifilis dan lain-lain).Rubela (German measles) dan mungkin pula
infeksi virus atau bakteri lainnya yang diderita oleh ibu pada waktu hamil muda
dapat mengakibatkan kelainan pada fetus seperti katarak, bisu-tuli,
mikrosefali, retardasi mental dan kelainan kongenital jantung. Kongenital
merupakan contoh infeksi yang dapat menyerang fetus intrauterin hingga terjadi
gangguan pertumbuhan fisik dan mental. Toksoplasmosis pranatal dapat
mengakibatkan makrosefali kongenital atau mikrosefali dan retinitis.g).
Imunitas (eritroblastosis fetalis, kernicterus)Keadaan ini timbul atas
dasar adanya perbedaan golongan darah antara fetus dan ibu, sehingga ibu
membentuk antibodi terhadap sel darah merah bayi yang kemudian melalui plasenta
masuk ke dalam peredaran darah bayi yang akan mengakibatkan hemolisis. Akibat
penghancuran sel darah merah bayi akan timbul anemia dan hiperbilirubinemia.
Jaringan otak sangat peka terhadap hiperbilirubinemia ini dan dapat terjadi
kerusakan.
g). Anoksia embrio (gangguan fungsu
plasenta)Keadaan anoksia pada embrio dapat mengakibatkan pertumbuhannya
terganggu.
C. Perkembangan pikiran dan Ingatan Kanak-kanak Akhir
Dalam keadaan Normal, pikiran anak usia sekolah dasar ini
berkembang secara berangsur-angsur dan secara tenang. Anak betul-betul berada
dalam stadium belajar. Di samping keluarga, sekolah memberikan pengaruh yang
sistematis terhadap pembentukan akal budi anak. Pengetahuannya bertambah secara
pesat. Banyaknya ketrampilan mulai dikuasai, dan kebiasaan-kebiasaan terbentuk
mulai dikembangkannya.
Minat anak pada periode tersebut terutama sekali tercurah
pada segala sesuatu yang dinamis bergerak. Anak pada usia ini sangat aktif
dinamis; dan segala sesuatu yang aktif dan bergerak akan sangat menarik minat
perhatian anak. Lagi pula minatnya banyak tertuju pada macam-macam aktivitas.
Dan makin banyak dia berbuat, makin bergunalah aktivitas tersebut bagi usaha
pengembangan kepribadiannya.
Ingatan anak pada usia 8 – 12 tahun ini mencapai intensitas
paling besar, dan paling kuat. Daya mengahafal dan daya memorisasi (dengan sengaja
memasukan dan melekatkan pengetahuan dalam ingatan) adalah paling kuat. Dan
anak mampu memuat jumlah materi ingatan paling banyak.
D. Perkembangan sosial pada akhir masa kanak-kanak
Pada saat anak memasuki masa sekolah, maka ia melakukan
hubungan yang lebih banyak dengan anak lain, berbeda pada waktu masa
prasekolah. Pada waktu masa sekolah, anak memasuki usia ‘gang’, yaitu usia yang
pada saat itu kesadaran sosial berkembang dengan pesat. Dalam hal ini anak
memasuki tahap menjadi anggota suatu kelompok teman sebaya yang secara bertahap
menggantikan keluarga dalam mempengaruhi perilaku. Menurut Havighurst ‘kelompok
teman sebaya’ didefinisikan sebagai suatu kumpulan yang kurang lebih berusia
sama yang berfikir dan bertindak bersama-sama.
E. Perubahan-perubahan
dalam Hubungan Keluarga pada Masa Kanak-kanak Akhir
Kemerosotan dalam hubungan keluarga yang di mulai pada
bagian akhir masa bayi terus berlangsung pada akhir masa kanak-kanak, hal ini
yang menyebabkan perasaan tidak aman dan tidak bahagia. Dimana terjadi hubungan
baik terhadap anak dan orangtua dan sanak saudara, dan tampaknya anak lebih
menyukai pertemuan-pertemuan dalam keluarga. Namun sebenarnya anak lebih senang
berhubungan dengan teman-temannya sendiri dan bersikap kritis serta membenci orang
tua dan sanak keluarga yang lain.
Efek
dari hubungan keluarga
Pengaruh yang mendalam dari hubungan anak dan keluarga jelas
terlihat dalam bidang lehidupan sebagai berikut :
- Pekerjaan
di sekolah dan sikap anak terhadap sekolah sangat di pengaruhi oleh hubungannya
dengan anggota keluarga. Hubungan keluarga sehat dapat menimbulkan
dorongan untuk berprestasi, sedangkan hubungan keluarga yang tidak sehat
dapat memberi efek yang buruk terhadap kemampuan berkonsentrasi anak.
- Hubungan
keluarga dapat mempengaruhi penyesuaian diri secara social di luar rumah.
- Peran
yang dimainkan di rumah menentukan peran di luar rumah.
- Jenis
metode pelatihan anak yang digunakan di rumah mempengaruhi peran anak.
- Cita-cita
dan prestasi anak di berbagai bidang sangat di pengaruhi oleh sikap orang
tua.
- Apakah
anak akan bersikap kreatif atau bersikap konformistis dalam
perilaku sangat di pengaruhi oleh pelatihan di rumah.
- Hubungan
keluarga sangat besar pengaruhnya dalam perkembangan kepribadian
anak-anak. Pendangan anak-anak tentang diri mereka sendiri merupakan
cerminan langusng dari apa yang di nilai dan cara mereka di perlakukan
oleh anggota-anggota keluarga.
F. Perubahan-perubahan
kepribadian Kanak-kanak Akhir
Dengan meluasnya cakrawala sosial pada saat anak masuk
sekolah, banyak faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kepribadiannya.
Perubahan ini tidak hanya terjadi ada konsep diri, tetapi juga pada sifat-sifat
orang lain yang di nilai dan di kagumi dan juga perubahan-perubahan yang
terjadi pada sifat anak itu sendiri.
Konsep
diri ideal
Menjelang berakhirnya masa kanak-kanak, anak mulai mengagumi
tokoh-tokoh dalam sejarah, cerita khayal, kemudian anak membentuk konsep diri
yang ideal seperti tokoh yang diinginkannya.
Mencari Identitas
Anak-anak pada umumnya memasuki periode
akhir masa kanak-kanak dan berminat dalam keanggotaan kelompok, mereka sangat
ingin menyesuaikan mulai dari gaya berbicara sampai dengan standar penampilan
yang di tetapkan kelompok tersebut. Karena mereka takut kehilangan dukungan dari anggota
kelompok, mereka berusaha meniru namun kadang-kadang berlebihan.
Bahaya
pada akhir masa kanak-kanak:
- Bahaya fisik
- Perubahan bentuk tubuh
- Bentuk tubuh yang tidak sesuai
- Kecelakaan
- Ketidakmampuan fisik
- Rasa canggung
- Kesederhanaan
Bahaya
Psikologi
- Cemas
- Emosinya tidak stabil
- Tidak percaya diri
- Selalu membandingkan keadaan
dirinya dengan orang lain
Kebahagiaan
pada masa akhir kanak-kanak
Akhir masa kanak-kanak dapat dan harus merupakan periode
bahgaia dalam rentang kehidupan. Meskipun periode ini bukan masa yang
sepenuhnya gembira karena anak di harapkan memikul tambahan tanggung jawab di
sekolah dan tambahan di rumah, keberhasilan dalam melaksanakan tanggung jawab
ini, terlebih yang dianggap penting oleh orang-orang akan menambah kebahagiaan.
Anak memiliki kesempatan yang luas untuk bermain dan untuk
memperoleh alat bermain yang dibutuhkan seperti teman-teman sebayanya, kecuali
kalau timbul kondisi yang luar biasa.
Anak yang berbahagia pada akhir masa kanak-kanak belum tentu
merasa bahagia pada tahap-tahap selanjutnya, tetapi kondisi-kondisi yang
menimbulkan kebahagiaan dalam periode ini juga akan menimbulkan kebahagiaan
pada periode berikutnya.
Sekalipun kebahagiaan yang dialami pada periode ini tidak
menjamin kebahagiaan seumur hidup, tetapi kondisi-kondisi yang menimbulkan
kebahagiaann akan terus memberikan kebahagiaan pada tahun-tahun berikutnya,
terutama bila tiga faktor kebahagiaan terpenuhi, yaitu penerimaan/dukungan,
kasih sayang, dan prestasi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Rentang waktu akhir masa kanak-kanak
ternyata mempunyai ukuran tersendiri untuk setiap individu sampai dirinya
matang secara seksual, biasanya rentang waktu antara enam sampai tiga belas
tahun untuk anak perempuan dan enam sampai empat belas tahun untuk anak
laki-laki. Mengapa
setiap individu tidak sama proses akhir pematangan seksualnya, hal ini
disebabkan oleh berbedanya kandungan hormon setiap manusia. Untuk mereka yang
kandungan hormonnya banyak maka dapat di pastikan anak ini akan mencapai
kematangan seksual pada usia yang lebih cepat.
Masa akhir kanak-kanak menjadi begitu significant untuk
di bahas karena didalamnya terdapat beberapa hal seperti perubahan-perubahan
kepribadian, pencarian identitas, dan memulai adanya peniruan terhadap konsep
diri.
Secara ringkas, banyak sekali perubahan yang terjadi pada
akhir masa kanak-kanak baik itu secara fisik maupun psikis, perubahan dan
pertumuhan ini disebabkan oleh dua faktor yaitu :
- Faktor heredokonstitusionil
- Faktor lingkungan (pranatal dan
pascanatal)
B. Saran
Dari hasil penulisan makalah ini, kami
merasa bahwa maklah ini masih kurang
sempurna. Dan kami berharap kepada teman-teman mahasiswa atau mahasiswi untuk
lebih banyak lagi membaca dibuku-buku lain agar memperoleh pengetahuan maupun
khazanah yang luas tentang Fase Kanak-kanak Akhir. Dengan ini kami berharap
semoga makalah ini bermanfaat.
DAFTAR
PUSTAKA
Hartinah,
Sitti, 2008. Perkembangan Peserta Didik.
Refika Aditama : Bandung.
Ahmad,
Abu., Sholeh, Munawar, 2005. Psikologi
Perkembangan. Rineka Cipta : Jakarta.